Senin, 23 Mei 2011

Ketulusan

Sikap dan tindakan tulus atau ikhlas, lila atau sadik, tidak selalu mendapat tanggapan yang serupa. Tulus bisa saja disambut dengan syak wasangka, cerca hingga hinaan. Tapi roh dari tulus itu adalah keikhlasan dan kerendahan hati. Sikap tulus tidak diungkapkan dalam bait kata, ia muncul dari ranah jiwa paling terdalam yang ketika tertanam berarti menerima apapun buah konsekuensi yang terjadi dari sikap tulus tersebut.

Sederhananya, apapun hasil dari tindakan tulus atau ikhlas, sepahit apapun, rela diterima dengan tulus dan ikhlas pula. Dia tidak memandang imbalan. Tulus adalah tulus itu sendiri. Tanpa embel-embel.

Sering seseorang menyatakan tulus tapi dia sendiri tidak tulus dengan apa yang terjadi kemudian. Saya misalnya, menyatakan tulus menjadikan seseorang sebagai teman atau sahabat, tapi ketika saya butuh bantuan saya merasa tidak balas dibantu seperti apa yang pernah saya bantu. Atau saya menyatakan tulus bekerja, tapi kemudian waktu saya justru malah kesal menghardik pekerjaan saya itu. Misal lagi, saya menyatakan tulus cinta kepada lawan jenis tapi di kemudian hari ada badai pertengkaran hingga perpisahan lalu saya balik mencaci.