PANGKALAN BELAJAR TKI PERBATASAN
Perjalanan Rintisan Pangkalan Belajar di Kabupaten Nunukan
Kabupaten Nunukan termasuk salah satu daerah pintu keluar masuk dari Indonesia ke Malaysia serta membanjirnya para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dari negeri Jiran. Meski letaknya jauh dari Ibukota Propinsi Kalimantan Timur (Samarinda) namun Kabupaten Nunukan dengan luas wilayah 14.493 km3 yang tersebar dalam 7 kecamatan (Krayan, Krayan Selatan, Lumbis, Nunukan, Sebatik, Sebuku, dan Sembakung) masih memerlukan layanan pendidikan. Karena keterbatasan jangkauan layanan, maka lembaga atau instansi yang memberikan layanan pendidikan non formal khusunya pendidikan kesetaraan sangat dibutuhkan. Dimulai dari daerah perbatasan antara Indonesia dengan Sabah-Malaysia, yaitu di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Berbekal bantuan dana dari Direktorat Pendidikan Kesetaraan serta kemampuan dari Tim Serat Bangsa, kemudian mulailah dihubungkan dan diberdayakan 2 pangkalan belajar yang sudah ada di daerah perbatasan, yaitu Pangkalan Belajar Kesusteran Gabriel Manek dan Pangkalan Belajar Hidayatullah Nunukan serta dikosentrasikan di Lumbung Belajar Binusan, Kabupaten Nunukan.
Kegiatan di Kabupaten Nunukan ini dibagi bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama menyelesaikan program jangka pendek, antara lain :
1. Merekrut dan membimbing 27 tutor yang siap melayani Pendidikan Kesetaraan TKI Perbatasan.
2. Merekrut Peserta didik sebanyak 394 orang yang terdiri dari : 254 orang di Sabah-Malaysia dan 140 orang di Nunukan Indonesia.
3. Membuat database warga belajar: untuk yang beragama Islam di Pangkalan Belajar Hidayatullah Nunukan dan untuk yang beragama kristen di pangkalan belajar Gabriel Manek Nunukan.
4. Mendirikan 2 pangkalan belajar baru di wilayah perbatasan, yaitu Pangkalan Belajar Ibu Anfrida. SSpS dan Pangkalan belajar Hidayatullah Sebatik
5. Melayani Kelas Jauh di Camp-camp Perkebunan Kelapa Sawit di Tawau Sabah Malaysia
6. Menjalin Kerjasama dengan Lembaga Mitra dalam upaya kesinambungan Pendidikan Kesetaraan yang sudah dibentuk/ didirikan.
7. Mendirikan Forum Tutor dan membuat SK Forum Tutor untuk komunikasi antar Tutor dalam rangka peningkatan layanan maupun akses pendidikan Kesetaraan bagi TKI Perbatasan.
8. Mendirikan Perpustakaan/ Taman Bacaan di pangkalan belajar rintisan TKI perbatasan.
9. Melengkapi prasarana belajar di setiap pangkalan.
10. Membuat MOU atau Akad Kerjasama antara Yayasan Serat Bangsa dengan pangkalan-pangkalan belajar rintisan.
Kemudian melaksanakan program jangka menengah, antara lain:
· Melaksanakan tes penempatan dan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan di lokasi Model Percontohan camp-camp Perkebunan Sawit Sabah Malaysia,
· Bekerjasama dengan : Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sabah Malaysia, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Lembaga dalam negeri dan luar negeri.
Melaksanakan program jangka panjang, antara lain:
· Perluasan akses dan pelaksanaan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan diseluruh camp-camp perkebunan sawit wilayah Sabah Malaysia dan kilang sawmill, bekerjasama dengan : Direktorat Pendidikan Kesetaraan Ditjen PNFI Depdiknas, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sabah Malaysia, Atase Pendidikan RI-Malaysia, Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, SIK (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur), Madrasah Al Musthofawiyah Selangor Malaysia, Kesusteran Gabriel Manek Nunukan, Pondok Pesantren Hidayatullah Nunukan, Kesusteran Ibu Anfrida SSpS Sebatik, Pondok Pesantren Hidayatullah Sebatik, LSM Kemanusiaan Pelangi Nusantara, Humana Fondation Denmark, Syarikat Ladang Sawit Bongalio Development Sdn Bhd wilayah Sabah Malaysia, Syarikat Kilang Sanbumi Sawmill Kalabakan-Sabah Malaysia, serta Felda Plantation Lahadatu-Sabah Malaysia
Untuk melayani pendidikan di titik-titik layanan yang menjadi target sasaran di perbatasan khususnya untuk para TKI dan keluarganya serta membuka kelas jauh di Sabah, tentunya dimulai dengan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, baik untuk penentuan lokasi layanannya, tempat pembelajarannya, perizinan, berapa tutor yang akan diterjunkan, dan lain sebagainya. Kemudian identifikasi, baik peserta didik, lokasi kegiatan pembelajaran, dll. Selanjutnya adalah sosialisasi dan rekrutmen warga belajar, mengenai berapa jumlah warga belajar, penentuan jadwal belajar berdasarkan kesepakatan bersama, serta tes penempatan bagi calon peserta didik. Tes ini gunakan untuk mengelompokkan peserta didik yang jumlahnya sangat banyak. Untuk 1 titik layanan saja jumlahnya ± 139 murid, maka setelah tes penempatan tersebut kemudian dibagi lagi berdasarkan kelompok umur dan keminatan belajar yang terbagi dalam 3 spektrum, lalu kami tentukan model pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing kelompok. Kami mengembangkan model pembelajaran tatap muka, tutorial dan mandiri sehingga di satu titik layanan dalam satu hari bisa melayani ratusan peserta didik Paket A hanya dengan 2 orang Tutor.
Jadwal pembelajaran dari Senin sampai dengan Sabtu dengan waktu belajar terbagi dalam tiga sesi untuk di wilayah ladang sawit, yaitu pagi, siang, dan sore, sedangkan di wilayah kilang sawmill terbagi dalam dua sesi yaitu sore dan malam. Ilmu yang diberikan tidak hanya dari segi kognitif saja tetapi juga vokasional, seperti keterampilan otomotif berupa service ringan sepeda motor dan tambal ban, keterampilan tata boga yakni membuat tempe dan keripik tempe serta aneka roti, keterampilan tata busana yaitu membuat seragam sekolah dan membuat aneka souvenir, keterampilan tempa besi yakni membuat pacul dan perkakas pertanian, keterampilan sablon, serta keterampilan instalasi listrik rumah sederhana. Keterampilan tersebut diberikan setiap 3 bulan sekali selama 1 minggu dari pukul 08.00-17.00 melalui metode “Dril Skill”.
Membangun Kelas Jauh
Kelas jauh di wilayah Sabah Malaysia diberi nama Learning Centre Mutiara Borneo 1 yang berlokasi di kilang sanbumi sawmill wilayah Kalabakan serta Learning Centre Mutiara Borneo 2 yang berlokasi di Ladang Sawit Tun Fuad/ Tun Razak wilayah Kunak. Kedua kelas jauh ini sengaja dibuka agar jumlah warga belajar yang bisa direkrut dan layani pendidikannya semakin banyak. Biasanya di empat pangkalan belajar yang telah dirintis yang ada di wilayah Nunukan dan Sebatik Indonesia hanya bisa menampung warga belajar dari Malaysia yaitu TKI ataupun anak-anak TKI dengan jumlah terbatas, karena anak-anak tersebut terkendala masalah dokumen dan biaya untuk sampai ke tanah air sehingga jumlah warga belajar yang bisa direkrutpun terbatas. Oleh karena itu dengan dibukanya kelas jauh di wilayah Sabah Malaysia maka jumlah warga belajar yang bisa terlayani semakin banyak, sesuai dengan motto kesetaraan “menjangkau yang tak terlayani”.
Dalam membangun kelas jauh di negara orang tentunya juga harus membangun silaturahmi yang baik dengan masyarakat tempatan dimana berpijak. Dan juga berkoordinasi dan membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga yang ada di sana, baik dari dalam maupun luar Malaysia.
Untuk manajemen pengendalian unit-unit layanan yang tersebar baik di Kabupaten Nunukan maupun di Sabah Malaysia, pemilik menggunakan pola Sistem Informasi Manajemen yang menggunakan peralatan elektronik seperti telepon genggam (Hp) dan komputer (internet menggunakan fasilitas mitra) untuk berkomunikasi langsung antara unit-unit layanan yang dilakukan terjadwal setiap hari Rabu satu mingggu sekali dan lebih dari sekali apabila ada informasi penting yang perlu disosialisasikan. Selain itu dilakukan kunjungan terjadwal untuk melakukan monitoring dan evaluasi paling tidak setiap tiga sampai dengan empat bulan sekali dalam bentuk Sidak. Alur informasi kegiatan layanan pendidikan kesetaraan dari pusat di Kota Bekasi hingga unit-unit penyelenggaraan di wilayah terpencil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar